Tugas permasalahan pengolahan DAS di INDONESIA
PERMASALAHAN PENGELOLAAN DAS DI INDONESIA
Potensi dan Permasalahan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dan Wilayah Pesisir
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) membutuhkan keterpaduan dari hulu hingga hilir,
sinergitas antar sektor dan lembaga, serta keterlibatan antar stakeholder dari masyarakat,
swasta dan pemerintah. Sementara itu, kawasan pesisir merupakan salah satu komponen
penting dari hilir sebuah DAS. Pengelolaan kawasan pesisir selama ini masih terpisah dari
pengelolaan DAS itu sendiri. Untuk itu, perlu dilakukan keterpaduan perencanaan
pengelolaan pesisir dan Daerah Aliran Sungai.
Dengan menggunakan pendekatan ekologi, keruangan (spatial) dan komplek wilayah, buku
ini memperkenalkan suatu analisis terpadu untuk pengelolaan DAS dan wilayah pesisir. Sub
DAS Kuto, Damar dan Blukar di wilayah Kabupaten Batang dan Kendal dipilih sebagai
daerah studi kasus. Buku ini menyajikan analisis pendahuluan dari berbagai aspek yang
meliputi kondisi fisik lingkungan, potensi bahaya, sosial ekonomi, kelembagaan dan potensi
pariwisata pada kawasan DAS dan pesisir.
Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian yang menjelaskan tentang 1) kondisi fisik di Sub
DAS Kuto, Damar dan Blukar (KDB), 2) menjelaskan permasalahan lingkungan di kawasan
Sub DAS KDB untuk mengetahui kekritisan DAS, 3) memberikan analisa karakteristik sosial
ekonomi dan sinergisme kelembagaan sebagai suatu bentuk pengelolaan DAS terpadu, 4)
memberikan gambaran kerentanan, persepsi dan kapasitas masyarakat terhadap bencana
alam banjir dan longsor di Sub DAS KDB, serta 5) melakukan inventarisasi potensi dan
permasalahan wilayah pesisir.
Sub DAS KDB dipilih sebagai daerah studi, dengan pertimbangan kondisi kekritisan DAS
didaerah tersebut dan kompleksitas permasalahan yang ada didalamnya. Pembahasan
kondisi fisik menjelaskan tentang lingkungan fisik di Sub DAS KDB dan wilayah pesisirnya.
Identifikasi permasalahan di lingkungan Sub DAS KDB dibatasi pada pembahasan potensi
banjir limpasan, banjir genangan, longsor, erosi dan kerentanan airtanah. Sementara itu,
analisis sosial ekonomi dan sinergisme kelembagaan membahas tentang hubungan antara
kemiskinan dengan kekritisan DAS, hubungan tingkat kekotaan dengan kekritisan DAS ,
hubungan tingkkat pendidikan dengan tingkat kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan
DAS, pemetaan kelembagaan, sinergisme kelembagaan dan lain sebagainya. Sedangkan
pembahasan kerentaan, persepsi dan kapasitas masyarakat difokuskan pada tema bencana
banjir dan tanah longsor. Buku ini diakhiri dengan pembahasan mengenai inventarisasi
potensi dan permasalahan wilayah pesisir.
Potensi dan Permasalahan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dan Wilayah Pesisir
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) membutuhkan keterpaduan dari hulu hingga hilir,
sinergitas antar sektor dan lembaga, serta keterlibatan antar stakeholder dari masyarakat,
swasta dan pemerintah. Sementara itu, kawasan pesisir merupakan salah satu komponen
penting dari hilir sebuah DAS. Pengelolaan kawasan pesisir selama ini masih terpisah dari
pengelolaan DAS itu sendiri. Untuk itu, perlu dilakukan keterpaduan perencanaan
pengelolaan pesisir dan Daerah Aliran Sungai.
Dengan menggunakan pendekatan ekologi, keruangan (spatial) dan komplek wilayah, buku
ini memperkenalkan suatu analisis terpadu untuk pengelolaan DAS dan wilayah pesisir. Sub
DAS Kuto, Damar dan Blukar di wilayah Kabupaten Batang dan Kendal dipilih sebagai
daerah studi kasus. Buku ini menyajikan analisis pendahuluan dari berbagai aspek yang
meliputi kondisi fisik lingkungan, potensi bahaya, sosial ekonomi, kelembagaan dan potensi
pariwisata pada kawasan DAS dan pesisir.
Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian yang menjelaskan tentang 1) kondisi fisik di Sub
DAS Kuto, Damar dan Blukar (KDB), 2) menjelaskan permasalahan lingkungan di kawasan
Sub DAS KDB untuk mengetahui kekritisan DAS, 3) memberikan analisa karakteristik sosial
ekonomi dan sinergisme kelembagaan sebagai suatu bentuk pengelolaan DAS terpadu, 4)
memberikan gambaran kerentanan, persepsi dan kapasitas masyarakat terhadap bencana
alam banjir dan longsor di Sub DAS KDB, serta 5) melakukan inventarisasi potensi dan
permasalahan wilayah pesisir.
Sub DAS KDB dipilih sebagai daerah studi, dengan pertimbangan kondisi kekritisan DAS
didaerah tersebut dan kompleksitas permasalahan yang ada didalamnya. Pembahasan
kondisi fisik menjelaskan tentang lingkungan fisik di Sub DAS KDB dan wilayah pesisirnya.
Identifikasi permasalahan di lingkungan Sub DAS KDB dibatasi pada pembahasan potensi
banjir limpasan, banjir genangan, longsor, erosi dan kerentanan airtanah. Sementara itu,
analisis sosial ekonomi dan sinergisme kelembagaan membahas tentang hubungan antara
kemiskinan dengan kekritisan DAS, hubungan tingkat kekotaan dengan kekritisan DAS ,
hubungan tingkkat pendidikan dengan tingkat kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan
DAS, pemetaan kelembagaan, sinergisme kelembagaan dan lain sebagainya. Sedangkan
pembahasan kerentaan, persepsi dan kapasitas masyarakat difokuskan pada tema bencana
banjir dan tanah longsor. Buku ini diakhiri dengan pembahasan mengenai inventarisasi
potensi dan permasalahan wilayah pesisir.
Apa tolak ukur kualitas air yang anda pahami dan bagimana proses pengembangan kualitas air tersebut....
BalasHapusJrlaskaskan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) membutuhkan keterpaduan dari hulu hingga hilir,
BalasHapussinergitas antar sektor dan lembaga, serta keterlibatan antar stakeholder dari masyarakat,
swasta dan pemerintah. Sementara itu, kawasan pesisir merupakan salah satu komponen
penting dari hilir sebuah DAS. Pengelolaan kawasan pesisir selama ini masih terpisah dari
pengelolaan DAS itu sendiri. Untuk itu, perlu dilakukan keterpaduan perencanaan
pengelolaan pesisir dan Daerah Aliran Sungai.
Dengan menggunakan pendekatan ekologi, keruangan (spatial) dan komplek wilayah, buku
ini memperkenalkan suatu analisis terpadu untuk pengelolaan DAS dan wilayah pesisir. Mksh atas komenya adapun belum puas,,,, dipertanyakan lg
Jawaban yang cerdas sodara agung atmajaya
BalasHapusMksh sodara hasfin asalik semoga bermanfaat
Hapus